Minggu, 11 Desember 2011

Di Temukannya Telegraf Menguak Dahsyatnya Letusan Krakatau








Dibandingkan letusan Gunung Tambora di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat)
pada 1815, letusan Gunung Krakatau masih kalah besar, baik kekuatan
maupun dampaknya. Berbeda dengan letusan Tambora yang terekam samar dan
dampak globalnya baru dideteksi lebih dari 100 tahun kemudian, letusan
Krakatau diketahui warga dunia dalam bilangan jam.





Dampak letusan
Tambora baru diketahui ketika peneliti di kantor meteorologi Amerika
Serikat, WJ Humphreys, pada tahun 1930-an menemukan hubungan antara
cuaca buruk di dunia Barat pada 1816 dan letusan Gunung Tambora. Adapun
letusan Krakatau telah menjadi berita utama di koran-koran di Eropa tak
lama kemudian.







Koral atau batu karang yang terhempas dari laut jauh ke daratan dekat
mercusuar Anyer, Serang, Banten, Minggu (21/8/2011). Batu karang ini
salah satu jejak dahsyatnya tsunami letusan Gunung Krakatau 1883.





Tsunami yang menyebar luas ke berbagai penjuru
dunia pada 27 Agustus 1883 juga terdeteksi dengan cepat bahwa sumbernya
Krakatau. Sepanjang tanggal 27 Agustus dan sehari setelahnya, telegram
dari Batavia (Jakarta)—160 km dari Krakatau—berkali-kali dikirim ke
Singapura. Dari sana kabar kemudian menyebar jauh hingga Inggris.


Bunyi
telegram menyebutkan kepanikan suasana di Jakarta waktu itu. "Batavia
saat ini hampir gelap gulita—lampu gas menyala sepanjang malam—tak dapat
berkomunikasi dengan Anjer (Anyer)— beberapa jembatan hancur,
sungai-sungai meluap karena gelombang laut yang menuju daratan,"
demikian isi telegram yang dikirim pada sore hari, 27 Agustus.


Kemudian,
pukul 11.00 pada 28 Agustus, sebuah telegram kembali diterima di
Singapura, "Anjer, Tjeringin, dan Telok Beting hancur lebur." Setengah
jam kemudian kabar buruk kembali dikirim, "Mercusuar di Selat Sunda
menghilang."


Berikutnya, telegram itu mengirim informasi lebih
detail tentang gelombang laut setinggi 40 meter yang menghanyutkan
terumbu karang seberat 600 ton ke daratan Anyer. Disebutkan, sedikitnya
36.417 orang tewas, sebagian besar karena gelombang tsunami, dan 165
desa hancur.


Berita yang cepat menyebar itu tak membuat warga
Australia bagian selatan, Perth, Colombo, dan Rodriguez (sejauh 4.800
km), harus lama bertanya-tanya tentang suara gelegar letusan yang
terdengar dari rumah mereka pada 27 Agustus. Demikian halnya warga dunia
menjadi cepat tahu bahwa tsunami yang melanda pantai Sri Lanka dan
perubahan tinggi permukaan air laut di Selandia Baru, Alaska dan Saluran
Inggris pada hari itu adalah dampak Krakatau.


Para meteorolog
dunia juga dengan cepat menghubungkan bahwa cuaca dingin yang terjadi
sepanjang tahun 1883 hingga paruh pertama 1884 adalah berkat letusan
Krakatau. Awan dari abu vulkanik naik ke atas mencapai ketinggian 50-80
km dan mengitari bumi dengan kecepatan jet beberapa kali. Suhu udara
menjadi lebih dingin akibat sinar matahari terhalang abu vulkanik lebih
dari satu tahun lamanya di beberapa wilayah bumi. Volume material yang
dikeluarkan diperkirakan sekitar 18-21 kilometer kubik yang terdiri dari
9-10 kilometer kubik batu-batu berat.

Letusan Krakatau merupakan
bencana besar pertama di dunia yang terjadi setelah jaringan kabel
telegraf menyambung di seluruh dunia. Dua belas tahun sejak Samuel Morse
pada 24 Mei 1844 mengirimkan pesan pertama dari gedung Mahkamah Agung
di Washington kepada koleganya Alfred Vail, di Baltimore, telegram sudah
disambung ke istana besar di Buitenzorg ke kantor-kantor di Batavia.
Jawa kemudian terhubung ke dunia internasional sejak 1859, melalui
Singapura, sehingga berita letusan Krakatau bisa dengan cepat menyebar
luas.[kompas]

Terkait

Description: Di Temukannya Telegraf Menguak Dahsyatnya Letusan Krakatau Rating: 4.5 Reviewer: Sinta Ayu ItemReviewed: Di Temukannya Telegraf Menguak Dahsyatnya Letusan Krakatau
Al
Mbah Qopet Updated at: 00.52